Momentum Kemerdekaan, Telusuri Jejak-Jejak Soekarno di Kota Palembang

Menghidupkan Semangat Bung Karno di Era Kekinian

Murexs.com.Palembang, SUMSEL – Kota Palembang selain dikenal sebagai kota kuliner dengan menu pempek khas nya, kota olahraga dengan megahnya Jakabaring Sport Center dan tentunya kota para Sultan dengan keagungan sejarahnya.

Kalau tidak ke Ampera, berarti belum ke Palembang demikian ujar banyak orang. Memang Ibukota Bumi Sriwijaya ini memiliki ikon Jembatan Ampera dengan keindahan Sungai Musi menyatukan Palembang Ilir dan Palembang Ulu.

Namun, ada hal penting lainnya yang wajib anak bangsa ketahui terutama dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI Ke 76 Tahun, seperti yang dilakukan oleh Bunda Rayya Ketua ASPENKU Sumsel yang didampingi oleh Erwin Azhari, Vivin Septi, Dinda, Dandi Nazor dan Reza Hadi yang di guide secara ekslusif oleh Camat Seberang Ulu I Mukhtiar Hijrun SSTP berkunjung ke wisata sejarah Rumah Singgah Sang Proklamator Presiden Pertama RI Soekarno yang terletak di Kompleks Rumah Limas Klasik di Jalan KH Azhari, Lorong Firma, Kelurahan 4 Ulu, Seberang Ulu I Palembang.

Istimewa sekali disini ada tempat yang sangat bersejarah bagi bangsa dan negara. Rumah Singgah Bapak Bangsa Sang Proklamator yang sudah ditetapkan Pemerintah Kota Palembang sebagai benda cagar budaya, apalagi letaknya sangatlah strategis terakses dengan Jembatan Musi 6 yang menghubungkan Kecamatan Seberang Ulu dengan Kecamatan Ilir Barat II.

Rombongan kami disambut oleh Bapak Abdul Rahman (65) dengan hangat dan ramah sambil menceritakan sejarah rumah ini, beliau sendiri adalah salah satu cucu pemilik rumah yang bernama H Anang, salah satu pejuang di Palembang.

Rumah Singgah Soekarno sendiri dibangun oleh H Anang pada 1937 dan mulai ditempati setahun kemudian pada 1938. Pada masa perjuangan, di Palembang didatangkanlah seorang guru dari Pulau Jawa bernama Raden Panani yang akrab dengan Soekarno. Raden Panani diangkat anak oleh H Anang. Pada 1940, saat Soekarno dan istrinya diasingkan ke Bengkulu dan akan kembali ke Jakarta, Raden Panani sempat meminta presiden pertama RI itu untuk singgah ke Palembang. Saat itu Soekarno diasingkan bersama sang istri Inggit Garnasih.

Diketahui juga H. Anang berteman dengan Hasan Din, orang tua Fatmawati yang tinggal di Bengkulu. Menurut cerita, Fatmawati sekolah di Muhammadiyah kawasan Bukit Kecil. Karena H Anang akrab dengan Hasan Din, maka Fatmawati sering bermain ke rumah H Anang yang sekarang dikenal sebagai Rumah Singgah Soekarno, ujar Pak Abdul Rahman.

Selama beberapa hari di Palembang, Soekarno dan Inggit sempat menemui pejuang di kota tersebut. Soekarno menginap di salah satu rumah kawasan 3 Ulu. Rumah yang ditempati Soekarno sempat dikunjungi Presiden Megawati Soekarnoputri saat berkunjung ke Palembang.

H Anang yang memiliki usaha di Bandung, usai Kemerdekaan RI memilih tinggal dan masa tuanya di Kota Kembang tersebut. Pascakemerdekaan, Soekarno yang merasa memiliki teman di Palembang, H Anang sempat akan memberikan penghargaan. Tiga kali utusan Presiden Soekarno datang menemui H Anang untuk memberikan penghargaan namun ditolak.

Bunda Rayya bersama rombongan sempat quality time dengan Bapak Camat Mukhtiar Hijrun SSTP, Babinsa dan Pak Rahman sembari duduk di kursi yang pernah diduduki oleh Presiden Soekarno.

Melihat bangunan yang klasik ini terasa sekali bagaimana aura nilai-nilai perjuangan sebelum detik-detik Kemerdekaan, seolah membayangkan Bung Karno sambil membaca buku dan ngopi serta menikmati hidangan pempek khas Palembang di teras tengah sambil menatap tersenyum dan menjelaskan tentang heroiknya Perjuangan dalam mempertahankan harkat dan martabat bangsa, dengan pesan legendaris nya, “Kita menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 setengah sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”.

Lanjutnya, terutama untuk generasi muda “Gantung kan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

Lalu seolah sambil berjalan dan menunjukkan keluar Bapak Bangsa melihat kehidupan berbangsa dan bernegara hari ini, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Menyambut momentum bersejarah Hari Kemerdekaan RI Ke 76 Tahun Sang Proklamator berpesan bahwa, “Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!”.

Bapak Camat Mukhtiar Hijrun SSTP berharap bahwa generasi muda Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah dan mempromosikan slogan baru kalau tidak ke Kampung Palembang belum ke Palembang, karena disini banyak mutiara sejarah, ada kompleks Rumah Limas ikon nya Sumsel, rumah tinggal Menteri Agama RI pertama era, dan Rumah Singgah Sang Proklamator.

Rumah Singgah Soekarno akan terus dirawat dan dijadikan aset sejarah benda cagar budaya, ini menjadikan refleksi penting bahwa Kota Palembang merupakan Kota Perjuangan yang penuh tinta emas akan sejarah bangsa.

Dirgahayu Indonesia!
Selamat HUT RI Ke 76 Tahun.
Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh!
(Danaz)

Umum