
Murexs.com, Muratara – Dalam rangka merayakan Hari Guru Nasional Tahun 2025 yang mengusung tema “GTK Hebat, Indonesia Kuat”, Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, kembali menyelenggarakan ajt ang penghargaan bagi para insan pendidikan di seluruh Indonesia.
Kegiatan seleksi Anugerah GTK 2025 berlangsung dari 1 Oktober hingga 14 Oktober 2025, dengan pendaftaran ditutup pada 14 Oktober 2025. Penyerahan penghargaan puncak akan diadakan pada 28 November 2025, bertepatan dengan Hari Guru Nasional.
Ini adalah kesempatan emas bagi para pendidik dan tenaga kependidikan di Kota Cilegon untuk menunjukkan dedikasi, inovasi, dan praktik terbaik yang telah dilakukan untuk kemajuan pendidikan.
Tahun ini, terdapat dua jenis penghargaan yang diselenggarakan:
- Anugerah GTK 2025
- Apresiasi GTK 2025
Untuk itulah pemerintah kabupaten Musi Rawas Utara, mengutuskan salah satu guru 3T terbaik yang sudah dengan tulus mengabdi di sekolah yang ada di kabupaten Musi Rawas Utara, bapak Koko Triantoro, S. Pd. Ikut diajang seleksi Anugerah GTK tingkat nasional.
Apresiasi GTK adalah penghargaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang telah menunjukkan transformasi, dedikasi, serta menggerakkan komunitas belajar dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Kategori Apresiasi:
Terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam Apresiasi GTK 2025:
GTK Transformatif: Bagi GTK yang menunjukkan transformasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Total terdapat 23 kategori peserta untuk jenis ini, mulai dari Guru TK hingga Guru Pamong PPG.
GTK Dedikatif: Bagi GTK yang mendedikasikan diri secara konsisten dalam melaksanakan tugas di tengah tantangan dan kesulitan. Terdapat 15 kategori peserta untuk jenis ini.
GTK Pelopor Komunitas Belajar: Bagi GTK yang merintis dan menggerakkan komunitas belajar. Terdapat 5 kategori peserta untuk jenis ini.
Peran Penting Guru dalam Pemberdayaan Masyarakat 3T sebagai Upaya Penanganan Kesenjangan Pendidikan dan Sosial
Koko Triantoro, dalam artikelnya menjelaskan ia seorang guru yang telah lebih dari 10 tahun mengabdi di berbagai daerah 3T mulai dari Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, hingga kini di Musi Rawas Utara, memahami betul arti perjuangan menjadi agen perubahan di daerah sulit.
Menurutnya, “Seorang guru harus mampu bertahan dan memberikan dampak positif di mana pun bertugas, karena tugas utama guru adalah membawa perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.”ujar koko
Sebagai bagian dari program Guru Garis Depan (GGD) yang digulirkan pemerintah sejak 2016, Koko mengaku program ini sangat membantu pemerataan pendidikan di daerah pinggiran, sekaligus mendukung nawacita pemerintah untuk “membangun dari pinggiran.
Namun, ia menekankan bahwa kendala utama di daerah seperti Muratara masih terletak pada minimnya infrastruktur, terutama akses menuju sekolah yang sebagian besar berada di sekitar pinggiran Sungai Rawas dan Sungai Rupit.
Kondisi geografis yang sulit membuat murid dan guru harus menyeberangi sungai menggunakan rakit bambu. Ditambah lagi, banjir bandang yang terjadi pada 2023 merusak sembilan jembatan gantung yang ada, memperparah kesulitan akses pendidikan dan aktivitas ekonomi masyarakat setempat. Melihat hal ini, Koko aktif mengajukan bantuan jembatan gantung dan perahu pendidikan sebagai moda transportasi utama, meski hingga kini belum mendapat respons yang memadai dari pemerintah daerah.
Tantangan terbesar lainnya adalah tingginya biaya pengadaan perahu dan jembatan, yang sangat dibutuhkan sebagai sarana utama mobilitas guru dan siswa. Koko menyampaikan, “Masalah ini memang kecil, tapi dampaknya sangat besar bagi keseharian kami di lapangan.” Kondisi ini bukan hanya masalah lokal, tetapi juga mencerminkan kesulitan yang dihadapi banyak sekolah di daerah terisolasi di seluruh Nusantara.
Meski awalnya hanya fokus mengajar, rasa empati dan keprihatinan Koko terhadap kesenjangan sosial memotivasinya untuk mencari solusi di luar tugas pokok sebagai guru. Keterbatasan anggaran pemerintah membuatnya aktif sebagai relawan di lembaga NGO yang fokus pada pengentasan kesenjangan di pedalaman, bahkan dipercaya sebagai koordinator relawan nasional.
Ini membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar mengajar di kelas, melainkan juga pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dan pengentasan kesenjangan sosial. Dengan dukungan semua pihak, harapan untuk pemerataan pendidikan di daerah 3T semakin nyata dan memberi angin segar bagi masa depan anak-anak bangsa yang tinggal di wilayah terluar negeri. Sebagai pemuda yang aktif, Koko juga menjadi teladan sekaligus inspirasi dalam memajukan pendidikan khususnya di Kabupaten Muratara melalui berbagai aksi sosial yang berdampak luas.
Ia berharap, dirinya dapat terus berkontribusi dalam memajukan pendidikan, tidak hanya di sekolah tapi juga di Kabupaten Muratara secara umum.
“Mohon do’a bagi masyarakat Kabupaten Muratara , semoga dalam seleksi Anugerah GTK di tingkat nasional ini, saya bisa terpilih dan memberikan hasil yang terbaik,” Harapnya.
Adapun guru dan tenaga kependidikan yang akan mendapatkan Apresiasi GTK Tahun 2023 terdiri dari Guru, Pendidik PAUD, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Penilik, Tenaga Administrasi Sekolah, Tenaga Laboratorium Sekolah, Tenaga Perpustakaan Sekolah, Kepala Satuan PAUD, Pamong Belajar, dan Guru Pembimbing Khusus.
Tim 13.